rajuk
adalah hormat
kataku pada berbuat
adalah apresiasi
kataku pada prestasi
adalah tanda jasa
kataku pada karya
semua tak menghitung
dicari untung
semua tak terbilang
diri menghilang
semua tak sempurna
dibuat semena-mena
mereka diam dalam jerit
ada sembunyi dalam sakit
dunia bertanya
jawab kata luka
dunia bernyanyi
tak merdu nada ironi
tenggelam jiwa besar di mulut besar
selalu kurang dalam gantang
jika lebih hanya jadi sepih
tak syukur pada yang tak terukur
berdiri tidak pada tegak
bicara buahkan dusta
sendiri
aku tak sepi
peluklah rajuk
rajuk tak akan ku pujuk
rajuk tak bawa sejuk
Tanjungpinang, 22 desember 2008
fitnah
dirangkai rasa tak suka
berlebih selalu pada kata
ketika sengaja
itulah dosa
teraniaya
dalam buruk sangka
pada kerja yang tak pernah direka
kata yang tak pernah disapa
fitnah
adalah hati yang iri
tak percaya diri
menikam dengan belati dengki
fitnah
menancap seumpama panah
menjadi barah bernanah
tak ada jerit keluh kesah
tanjungpinang, 22 desember 2008
empati
linang air mata tak habiskan duka
kering tanpa rasa pada lezat dunia
menggapai hanya dengan pinta
memelas selalu pada belas
ratap mengiring harap
laras-laras terus muntah meretas
raung tenggelam alam dentuman
merah menggenang tak tergantang
bumi tak juga sepi dari tangisan
kata damai hanya jadi buai
kesedihan
ketakutan
kemiskinan dan keputus-asaan
menjadi goresan kesengsaraan di atas kanvas dunia
warna-warna semu menyungkup
keserakahan
ketidak-adilan
haus rakus kekuasaan
kita tertatih menapak lorong kemerdekaan, lunglai dipelukan gelap kelam, meraba seakan buta
terperosok di lubang kekecewaan, ringkih meraih cahaya harapan
tanjungpinang, 14 Februari 2009
jawab pada kata tanya, kadang sulit menerka, ada bulan pada lengkung malam penuh bintang,
matahari pada rentang siang bawa terik, membawa waktu bersama detik-detik, dan kujawab “yalaaah!”
pada pinta penuh harap, tak sampai hati menolak, kadang berat tak terpikul, ringan tak terjinjing,
ada jerit dalam tangis, ada sedu sedan dalam isak, ku jawab “yalaaah!”
ada perintah dalam kata, resah tak terbantah, tak mampu diri menolak, ada kerut menggaris wajah,
menyesak dada kadang kala, tak ada kata selain “yalaaah!”
ada jawab “yalaaah” pada kehendak
kenapa yalaaah?
“ya…iyalaaah!”
tanjungpinang, 17 Februari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar